Lahir 13 Mei 1949 di Delas, Bangka Selatan. Berpengalaman sebagai guru SD sejak tahun 1965-2001, kemudian diangkat sebagai Kepala Perpustakaan Umum Kota Pangkalpinang sejak tahun 2001. Saat ini baru saja pensiun dan berobsesi mengabadikan hidup untuk menulis. Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, pantun, syair, dan lain-lainnya banyak dipublikasikan di suratkabar lokal seperti Bangka Pos, Babel Pos, dan Rakyat Pos, serta rajin tampil membacakan karya di sejumlah radio di Bangka Belitung. Saat ini ia juga aktif dalam kegiatan apresiasi karya sastra di Pulau Bangka bersama sejumlah sastrawan seperti LK. Ara, Suhaimi Sulaiman, Ian Sancin dan lain-lainnya. Dia juga memiliki kebolehan menari campak dan dambus, dua buah kesenian kesenian tradisional Bangka. Kadang-kadang juga menjadi juri lomba baca pantun dan puisi. Karya-karyanya juga telah dibukukan dalam sejumlah antologi bersama, antara lain Pangkalpinang Berpantun (YN & DKKP, 2004), Kelekak (YN & DKKP, 2005), Bunga Rampai dari Bangka Barat (YN & DKKP, 2005), Pelangi Budaya Bangka Tengah (Diknas Kabupaten Bangka Tengah, 2005), dan Bangka-Belitung Bercahaya (PLN, YN & DKKP, 2005). Dalam antologi ini memuat puisinya :
• Di Siang Itu• Pantai Keranji
• Pasrah
Di Siang Itu
Di siang itu
Cuaca terang
Angin kencang
Debu-debu beterbangan
Sepanjang jalan
Terdapat hamparan sampah berserakan
Seperti kota tua yang terbuang
Ditinggalkan penghuninya menghilang
Seorang tua manatap lantang
Dengan mata yang jalang
Di hadapannya membentang
Jalan luas dan panjang
Pikirannya menerawang
Jauh melayang
Kapankah akan datang
Waktu yang luang
Membenahi kota yang telah terbuang
Masih terasa dalam pikirannya
Masa jaya kota tua
Yang menjadi tumpuannya
Untuk menapak hari esok
Yang lebih bahagia
Pangkalpinang, 1 Agustus 2005
Pantai Keranji
Deburan ombak dikala pasang
Menghadang perahu yang datang
Membentang dengan tenang
Dibuai oleh alunan gelombang
Pantai yang indah mempesona
Sudah dikenal sejak dahulu kala
Mempunyai sebuah legenda
Tentang pantai keranji disana
Konon kabarnya dahulu kala
Terdapat seorang pendekar yang perkasa
Kuat membela bangsanya
Begitu juga tanah airnya
Ia tinggal bersama keluarganya
Menetap di pantai sana
Mebangun rumah yang sederhana
Ketika datang segerombolan perompak
Tujuan ingin merompak
Harta dan keluarga diobrak obrak
Sehingga masyarakat segera memberontak
Kini hanya tinggal namanya
Terkenal juga dimana-mana
Hanya tinggal pusaran saja
Tokoh ini patut dikenang
Oleh kita yang hidup sekarang
Untuk dapat bersama-sama dikenang
Sebagai pedoman masa mendatang
Tanah Merah, 08 Desember 2005
Pasrah
Dibawa gelombang samudra
Terhempas di batu karang
Aku pun terlempar jauh ke tengah samudra
Dibawa arus sampai hilang ditelan gelombang
Mataku tak dapat melihat
Dikala malam yang pekat
Aku hanya menyebut namaMu, ya Allah
Sampai aku terdampar di tepi pantai
Keyakinanku
KepadaMu, ya Allah
Aku pasti terhindar dari kematian
Engaku Tuhan, belum menginginkan itu
Aku mesti tetap tabah
Aku yakin,
Cobaan itu akan lenyap
Bersama kepasrahanku
Dan Tuhan tetap bersamaku]
Pangkalpinang, 24 Oktober 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar