Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Kawasan Penyair Bangka Belitung

Minggu, 21 Maret 2010

Saat Toyib



Lahir 13 Mei 1949 di Delas, Bangka Selatan. Berpengalaman sebagai guru SD sejak tahun 1965-2001, kemudian diangkat sebagai Kepala Perpustakaan Umum Kota Pangkalpinang sejak tahun 2001. Saat ini baru saja pensiun dan berobsesi mengabadikan hidup untuk menulis. Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, pantun, syair, dan lain-lainnya banyak dipublikasikan di suratkabar lokal seperti Bangka Pos, Babel Pos, dan Rakyat Pos, serta rajin tampil membacakan karya di sejumlah radio di Bangka Belitung. Saat ini ia juga aktif dalam kegiatan apresiasi karya sastra di Pulau Bangka bersama sejumlah sastrawan seperti LK. Ara, Suhaimi Sulaiman, Ian Sancin dan lain-lainnya. Dia juga memiliki kebolehan menari campak dan dambus, dua buah kesenian kesenian tradisional Bangka. Kadang-kadang juga menjadi juri lomba baca pantun dan puisi. Karya-karyanya juga telah dibukukan dalam sejumlah antologi bersama, antara lain Pangkalpinang Berpantun (YN & DKKP, 2004), Kelekak (YN & DKKP, 2005), Bunga Rampai dari Bangka Barat (YN & DKKP, 2005), Pelangi Budaya Bangka Tengah (Diknas Kabupaten Bangka Tengah, 2005), dan Bangka-Belitung Bercahaya (PLN, YN & DKKP, 2005). Dalam antologi ini memuat puisinya :
• Di Siang Itu
• Pantai Keranji
• Pasrah

Di Siang Itu

Di siang itu
Cuaca terang
Angin kencang
Debu-debu beterbangan

Sepanjang jalan
Terdapat hamparan sampah berserakan
Seperti kota tua yang terbuang
Ditinggalkan penghuninya menghilang

Seorang tua manatap lantang
Dengan mata yang jalang
Di hadapannya membentang
Jalan luas dan panjang

Pikirannya menerawang
Jauh melayang
Kapankah akan datang
Waktu yang luang
Membenahi kota yang telah terbuang

Masih terasa dalam pikirannya
Masa jaya kota tua
Yang menjadi tumpuannya
Untuk menapak hari esok
Yang lebih bahagia

Pangkalpinang, 1 Agustus 2005

Pantai Keranji

Deburan ombak dikala pasang
Menghadang perahu yang datang
Membentang dengan tenang
Dibuai oleh alunan gelombang

Pantai yang indah mempesona
Sudah dikenal sejak dahulu kala
Mempunyai sebuah legenda
Tentang pantai keranji disana

Konon kabarnya dahulu kala
Terdapat seorang pendekar yang perkasa
Kuat membela bangsanya
Begitu juga tanah airnya

Ia tinggal bersama keluarganya
Menetap di pantai sana
Mebangun rumah yang sederhana

Ketika datang segerombolan perompak
Tujuan ingin merompak
Harta dan keluarga diobrak obrak
Sehingga masyarakat segera memberontak

Kini hanya tinggal namanya
Terkenal juga dimana-mana
Hanya tinggal pusaran saja

Tokoh ini patut dikenang
Oleh kita yang hidup sekarang
Untuk dapat bersama-sama dikenang
Sebagai pedoman masa mendatang

Tanah Merah, 08 Desember 2005


Pasrah

Dibawa gelombang samudra
Terhempas di batu karang
Aku pun terlempar jauh ke tengah samudra
Dibawa arus sampai hilang ditelan gelombang

Mataku tak dapat melihat
Dikala malam yang pekat
Aku hanya menyebut namaMu, ya Allah
Sampai aku terdampar di tepi pantai
Keyakinanku
KepadaMu, ya Allah
Aku pasti terhindar dari kematian
Engaku Tuhan, belum menginginkan itu
Aku mesti tetap tabah

Aku yakin,
Cobaan itu akan lenyap
Bersama kepasrahanku
Dan Tuhan tetap bersamaku]

Pangkalpinang, 24 Oktober 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar